MATARAM - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc menerima kunjungan Unicef dan Sobat NTB di Pendopo Gubernur, Kamis (21/11/2019).
Tim Unicef dalam kunjungan tersebut menyampaikan dukungannya kepada Pemerintah Provinsi NTB, khususnya Dinas Kesehatan terkait program pengelolaan gizi berbasis masyarakat yang terintegrasi.
Dalam program tersebut, nantinya akan didukung oleh Unicef dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan mitra lokal Sobat NTB.
Selain itu, PKK diharapkan dapat berkontribusi dalam penemuan dini kasus anak yang memiliki gizi buruk, perawatan hingga kunjungan ke rumah atau melakukan penyisiran bersama kader untuk menemukan anak-anak yang tidak datang ke Posyandu.
Hj. Niken merespon baik program tersebut dan berterimakasih kepada Unicef dan Sobat NTB. Peran TP-PKK Provinsi NTB memang sangat penting dalam menurunkan angka gizi buruk.
"Terima kasih banyak, Insya Allah Pemerintah Provinsi akan mendukung program ini," ungkap Hj. Niken.
Bersamaan dengan itu Penanggungjawab Program Gizi Unicef Perwakilan NTB-NTT, Blandina Rosalina Bait menerangkan bahwa anak-anak yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi mendapatkan perawatan rawat jalan. Dalam program tersebut terdapat satu komponen, yaitu mobilisasi masyarakat yang mana peran PKK sangat penting untuk menemukan secara dini gizi buruk di dusun atau desa.
"Sebenarnya, anak-anak gizi buruk ini bisa ditemukan sedini mungkin, kemudian diberikan perawatan maka akan membantu penderita stunting. Karena anak yang stunting, sebenarnya sudah mengalami gizi akut beberapa kali sebelumnya. Sehingga dia mengalami stunting atau kekurangan gizi kronis," jelas Blandina.
Dalam pertemuan tersebut, Blandina menunjukkan satu alat bernama Pita Lila yang memiliki kode warna untuk mengukur lingkar lengan atas anak yang berusia 6-59 bulan. Pita Lila tersebut berfungsi untuk menemukan secara dini kasus gizi buruk. Alat tersebut dapat digunakan oleh kader Posyandu atau kader PKK.
"Kalau ditemukan di masyarakat pita tersebut berwarna merah atau kuning, maka akan dirujuk ke Puskesmas dan dirawat oleh tenaga kesehatan," ungkapnya.
Di akhir penjelasannya terkait gizi buruk pada anak, Blandina juga menjelaskan bahwa Unicef mendukung Pemerintah Provinsi NTB terkait gizi pada remaja. Populasi remaja di NTB sangat besar, sehingga semua pihak harus mempersiapkan pengetahuan terkait gizi, sikap dan perilaku agar NTB memiliki generasi yang dapat bersaing di era global saat ini.
Tim Unicef dalam kunjungan tersebut menyampaikan dukungannya kepada Pemerintah Provinsi NTB, khususnya Dinas Kesehatan terkait program pengelolaan gizi berbasis masyarakat yang terintegrasi.
Dalam program tersebut, nantinya akan didukung oleh Unicef dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan mitra lokal Sobat NTB.
Selain itu, PKK diharapkan dapat berkontribusi dalam penemuan dini kasus anak yang memiliki gizi buruk, perawatan hingga kunjungan ke rumah atau melakukan penyisiran bersama kader untuk menemukan anak-anak yang tidak datang ke Posyandu.
Hj. Niken merespon baik program tersebut dan berterimakasih kepada Unicef dan Sobat NTB. Peran TP-PKK Provinsi NTB memang sangat penting dalam menurunkan angka gizi buruk.
"Terima kasih banyak, Insya Allah Pemerintah Provinsi akan mendukung program ini," ungkap Hj. Niken.
Bersamaan dengan itu Penanggungjawab Program Gizi Unicef Perwakilan NTB-NTT, Blandina Rosalina Bait menerangkan bahwa anak-anak yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi mendapatkan perawatan rawat jalan. Dalam program tersebut terdapat satu komponen, yaitu mobilisasi masyarakat yang mana peran PKK sangat penting untuk menemukan secara dini gizi buruk di dusun atau desa.
"Sebenarnya, anak-anak gizi buruk ini bisa ditemukan sedini mungkin, kemudian diberikan perawatan maka akan membantu penderita stunting. Karena anak yang stunting, sebenarnya sudah mengalami gizi akut beberapa kali sebelumnya. Sehingga dia mengalami stunting atau kekurangan gizi kronis," jelas Blandina.
Dalam pertemuan tersebut, Blandina menunjukkan satu alat bernama Pita Lila yang memiliki kode warna untuk mengukur lingkar lengan atas anak yang berusia 6-59 bulan. Pita Lila tersebut berfungsi untuk menemukan secara dini kasus gizi buruk. Alat tersebut dapat digunakan oleh kader Posyandu atau kader PKK.
"Kalau ditemukan di masyarakat pita tersebut berwarna merah atau kuning, maka akan dirujuk ke Puskesmas dan dirawat oleh tenaga kesehatan," ungkapnya.
Di akhir penjelasannya terkait gizi buruk pada anak, Blandina juga menjelaskan bahwa Unicef mendukung Pemerintah Provinsi NTB terkait gizi pada remaja. Populasi remaja di NTB sangat besar, sehingga semua pihak harus mempersiapkan pengetahuan terkait gizi, sikap dan perilaku agar NTB memiliki generasi yang dapat bersaing di era global saat ini.
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.