Oleh : Kusnadi, ST
Mahasiswa Magister Management Inovasi Universitas Teknologi Sumbawa Bidang KIRM RSUD ASY-SYIFA’ Sumbawa Barat kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU nomor 36 tahun 2009).
Pelayanan kesehatan yang berkualitas yaitu memberikan pelayanan yang terbaik tanpa memandang suku, ras, agama dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan harus meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan baik pelayanan yang bersifat preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif.
Hal ini menunjukkan bahwa, kepedulian masyarakat akan kesehatan telah semakin berkembang, terlihat dari banyaknya kunjungan pasien ke Rumah Sakit. Maka dari itu perlu pelayanan kesehatan yang tepat, cepat.
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif lain, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan umum (Nursalam, 2016).
Perawat merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus-menerus selama 24 jam kepada pasien (Departemen Kesehatan RI, 2008). Asuhan keperawatan profesional harus dapat melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengevaluasian, sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efesien bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2016).
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah dan kemudian melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nursalam dan Efendi, 2008).
Peran perawat tersebutlah yang mendorong untuk meningkatkan komunikasi yang baik antar perawat untuk meningkatkan keselamatan pasien sesuai dengan Permenkes RI Nomor 1691 Tahun 2011 tentang standar keselamatan pasien yaitu keselamatan pasien harus berkesinambungan dan komunikasi merupakan kunci bagi perawat untuk mencapai keselamatan pasien.
Salah satu komunikasi antar perawat adalah timbang terima atau operan jaga (Rushton, 2010). Timbang terima adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klasifikasi, konfirmasi tentang pasien, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutkan perawatan (Rushton,2010).
Nursalam (2016) menjelaskan bahwa timbang terima atau handover adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus dilakukan selefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nikmatur dan Saiful, 2012). Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi pelayanan kepada pasien, yaitu efek fisiologis, efek psikososial, efek kinerja, efek terhadap kesehatan, efek terhadap keselamatan kerja.
Selain beberapa efek tersebut pendokumentasian yang dilakukan perawat juga mempengaruhi timbang terima yang dilakukan perawat. Dokumentasi dalam timbang terima berguna sebagai validasi asuhan keperawatan, sebagai sarana komunikasi antar tim dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Kemampuan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat. Karena itu penting bagi perawat untuk dapat melakukan timbang terima yang baik dan efisien supaya dapat menciptakan pelayanan yang prima pada pasien (Nursalam, 2016).
Timbang terima merupakan komunikasi yang dilakukan perawat yang berisi tentang informasi apa saja tentang pasien. Apabila saat komunikasi dalam timbang terima pasien tidak dilakukan dengan benar, maka dapat menimbulkan keterlambatan dalam diagnosis dan peningkatan kemungkinan efek samping juga konsekuensi lain termasuk biaya yang lebih tinggi perawatan kesehatan, penyedia yang lebih besar dan ketidakpuasan pasien (Permenkes, 2011).
Komunikasi dalam profesi keperawatan merupakan faktor pendukung pelayanan keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh perawat. Kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan mudah dipahami dalam pelayanan keperawatan akan mendasari upaya pemecahan masalah pasien, mempermudah pemberian bantuan, baik dalam pelayanan medik maupun psikologi (Liliweri,2009).
Untuk menghindari penyimpangan komunikasi saat timbang terima perawat perlu memenuhi syarat komunikasi yaitu dapat dipercaya, konteks pesan yang jelas, isi yang jelas serta berkesinambungan (Nasir dkk, 2009).
Selama ini timbang terima memang lebih fokus pada diagnosa medis dan jarang menyebutkan diagnosa keperawatan namun ada beberapa perawat yang menyebutkan diagnosa keperawatan juga. Sebagian perawat di ruang rawat inap melakukan timbang terima seperti itu untuk mempersingkat waktu timbang terima karena banyaknya jumlah pasien, yang dirawat belum lagi ketika saat timbang terima ada dokter penanggung jawab yang melakukan visite.
Jadi untuk beberapa alasan tersebut perawat di ruang rawat inap terkadang mempersingkat waktu timbang terima dengan menyebutkan hal-hal yang penting yang terkait dengan penyakit pasien seperti diagnosa medis, terapi yang diberikan, terapi yang baru atau terapi yang dirubah dokter untuk pasien, serta tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien. Oleh karena itu timbang terima yang baik dan dapat meningkatkan keselamatan pasien salah satu mengunakan metode SBAR (SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMMENDATION).
Situation adalah kondisi terkini yang terjadi pada pasien. Situation berisi mengenai data pasien yang meliputi nama pasien, tanggal lahir, tanggal masuk, hari perawatan, dokter yang bertanggung jawab, perawat yang bertanggung jawab, nama ruangan, nomor tempat tidur, alasan masuk rumah sakit, diagnosa medis, masalah keperawatan dan keluhan utama pasien. Background menjelaskan riwayat rekam kondisi pasien secara lengkap dan aktual.
Perawat akan menyebutkan riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil laboratorium, hasil rontgent, pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan perawatan dan pengobatan.
Assessment merupakan pengkajian kondisi pasien terkini. Informasi tersebut meliputi tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi nafas), tingkat kesadaran, nyeri yang dirasakan, status nutrisi (berat badan, tinggi badan, index massa tubuh), kemampuan buang air besar dan air kecil, keberadaan luka di tubuh (khususnya luka dekubitus) dan informasi klinis lain yang mendukung.
Recommendation menginformasikan tindakan keperawatan yang seharusnya berdasarakan data situation, background, dan assessment meliputi rencana tindakan yang akan dilakukan, rencana tindak lanjut, solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien, dan waktu yang diharapkan perawat saat tindakan itu terjadi.
Mengoptimalisasi komunikasi efektif perawat pada saat melakukan timbang terima pasien dengan menggunakan tehnik SBAR, SBAR merupakan salah satu upaya tindakan keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan khusus di bidang keperawatan dalam mewujudkan inovasi untuk menyelesaikan masalah utama yang menjadi kendala dalam ketidakefektifan komunikasi dalam melakukan timbang terima pada saat pelayanan keperawatan kepada pasien, hal ini sejalan dengan visi organisasi yaitu terwujudnya pemenuhan hak- hak dasar masyarakat yang berkeadilan menuju Kabupaten Sumbawa Barat sejahtera berlandaskan gotong royong.
Berdampak langsung pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat yang di diwujukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidang keperawatan di RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat. (LNG05)
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.